Setelah kejadian yang aneh bin ajaib tersebut, saya jadi penasaran dengan kalimat - kalimat campur aduk. Ingin rasanya menemukan kasus - kasus itu lagi. Dan akhirnya muncullah beberapa kejadian yang dilakukan oleh orang - orang penting. (kali ini obyeknya orang-orang penting, bukan pramusaji lagi, hehehe...)
Pertama, saat Upacara Wisuda UGM bulan Mei kemarin, kebetulan saya ikut didalamnya (sebagai wisudawan tentunya, haha, nggaya..). Upacara Wisuda (yang membosankan), akhirnya sedikit "hangat" saat pembacaaan sambutan Wisudawan yang dibacakan oleh seorang wakil wisudawan (kebetulan perempuan). Saya lupa dari fakultas mana. Dia membacakan naskah sambutannya dengan berapi - api sekaligus mendayu - dayu. Gaya membacanya persis dengan gaya berbicara dari pembawa acara INSERT (tau kan seperti apa...).
Tapi bukan itu fokus kita. Biarlah dia membawakan sambutannya dengan gaya seperti itu. Yang saya cermati, beberapa kali dia mengucapkan kata dalam bahasa Inggris yang sebenarnya bisa diucapkan dalam bahasa Indonesia. Saya sendiri lupa apa saja kata - kata-nya, yang saya ingat hanya satu. Dia mengucapkan seperti ini,
"... (bla bla bla) Kita harus menerapkan Long Life Education"
Waduh.. beberapa hadirin mulai bisik - bisik. Entah karena gaya berbicaranya atau punya pikiran sama seperti saya, mencermati pencampuradukan bahasa.
Padahal, saat sambutan Rektor, beliau mengucapkan pidatonya dengan bahasa yang baik dan benar (tentunya tanpa mencampuradukkan bahasa..).
Ya sudah, kita lanjut saja..
Kedua, saat saya membaca koran Republika kemarin, saya menemukan sesuatu yang juga janggal. Yaitu pada berita mengenai mundurnya Anggito Abimanyu dari Departemen Keuangan karena tidak diangkat jadi Wakil Menteri Keuangan, ada beberapa kalimat dari dia yang (lagi-lagi) mencampuradukkan bahasa. Seperti,
°Saya tidak against siapa-siapa, ya. Saya hanya mengatakan prosesnya harus ada yang diperbaiki. Itu merupakan ungkapan dari saya sendiri"
"I'll be back" (waduh, kayaknya jadi ingat film apaaa gitu)
"Saya tidak mengatakan itu (kecewa dengan istana), tidak ada language seperti itu. Kan saya punya hak asasi juga, yang saya katakan saya terusik harga diri saya dan itu hak asasi yang saya sampaikan,"
Wah, ada banyak ya... Ternyata orang - orang penting juga mengidap sindrom pencampuradukan bahasa. Mungkin tujuannya lain dengan yang dilakukan orang biasa seperti kita-kita. Secara, posisi dan jabatannya kan tinggi, hehe..
Dan terakhir, ternyata orang nomer satu di Negeri ini juga melakukan hal yang sama. Mencapuradukan bahasa ternyata sudah menjangkiti semua kalangan di negara kita (halah halah..). Apa mungkin ya kita merasa rendah diri dengan bahasa Indonesia kita sendiri???
Simak cuplikan pidato dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berikut menanggapi berita banyaknya orang Indonesia yang berobat ke luar negeri,
"Setelah kita bangun klinik, rumah sakit kelas 3 di tanah air, saatnya kita membangun lagi rumah sakit berkelas internasional. Saya tidak happy bangsa kita sedikit-sedikit berobat ke Singapura, Tokyo, Jerman, Australia, dan sebagainya. Kita harus dirikan moderns hospital yang jadi spesifikasi unggulan kita,"
Tidak happy???
Moderns hospital??
Sumber:
koran.republika.co.id/koran/14/111509/Anggito_Saya_Difitnah
http://koran.republika.co.id/koran/16/111574/Anggito_Saya_akan_Kembali
http://www.detiknews.com/read/2010/05/21/112145/1361383/10/sby-saya-tak-happy-bangsa-kita-sedikit-sedikit-berobat-ke-singapura