Isu mengeneai pemalsuan ijazah memang sudah banyak terdengar di negeri ini. Mulai dari Ijazah SMA, Sarjana, Master, bahkan Doktor sangat mungkin untuk dipalsukan. Dengan berbekal sejumlah uang (tergantung tingkatan ijazah yang dipalsukannya), maka selembar ijazah dapat diperoleh.
Yang berikut ini mungkin tidak sekelas dengan pemalsuan ijazah Doktoral. Tapi tetap saja menarik untuk disimak bagaimana sebuah Ijazah TOEFL yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga (yang ngakunya Lembaga Pendidikan) dapat dengan mudah kita atur skor TOEFL-nya sesuai dengan yang kita minta.
Berawal dari persyaratan Lulus yang meminta legalisir tes TOEFL dengan skor min 400 (sebenarnya sangat rendah dan mudah sekali dilewati), namun dengan ditambah banyaknya urusan untuk syarat lulus yang lain, syarat ini pun sering terlupakan. Akhirnya persyaratan ini baru benar2 diperhatikan (dan dilaksanakan) seminggu sebelum batas waktu pengumpulan syarat2 wisuda. Dengan waktu yang mepet, maka pencarian syarat inipun dimulai. Awalnya dengan mendatangi lembaga resmi yang menyelengarakan tes TOEFL yang berlokasi di suatu kampus negeri ternama. Ternyata jumlah peserta membludak, dan tidak dapat kesempatan untuk ikut tes. Yang didapat hanyalah jadi waiting list.
Akhirnya setelah dimusyawarahkan, maka lanjutlah pencarian tes TOEFL ke suatu lembaga yang memang dikenal hasil tesnya dapat diatur. Setelah menemukan tempatnya, maka langsung mendaftar dan tes saat itu juga. Bagian paling menyedihkan dimulai. Lembar jawab yang hanya fotokopian (diisi dengan bolpen), soal yang sudah usang (beberapa soal sudah dicoret2), tempat yang sangat tidak nyaman (meja kursi tidak terawat), dan yang paling parah adalah pada saat Listening.
Rekaman suara yang digunakan berasal dari tape compo tua, dengan spekear bawaan yang tiggal satu, satunya lagi pakai speaker tidak jelas. Suara yang sangat nge-bass, tidak terdengar jelas. Dan rekamannya kadang - kadang 'cegukan'. Akhirnya bagian Listening tersebut dipamungkasi dengan sangat apik. Rekaman suaranya mati. Padahal soal masih belum habis. Ditunggu... Tidak mau jalan lagi. Akhirnya ganti CD. Tapi tetap tidak mau jalan (yang rusak Tape-nya bung!!). Dan, bagian Listenig tersebut diselesaikan saat itu juga. Lanjut ke soal bagian selanjutnya. Saat semua soal sudah dikerjakan, dari pihak lembaga tersebut masih mencoba lagi soal Listening yang tersisa. Dan hasilnya.... Nihil. Tape sama saja tidak mau jalan. Akhirnya bagian yang kosong diisi dengan asal.
Esoknya hasil sudah keluar. Dan, hasilnya memang diatas 400, sesuai dengan perjanjian awal dengan lembaga tersebut. Biaya? Hanya Rp. 30.000,- (dari cerita teman yang lain, di lembaga lain dapat mematok harga Rp. 900.000,- !!!)
Apa yang kita dapat? Kepalsuan, Kemunafikan. Sesuai dengan mental hampir seluruh pejabat bangsa ini. Pantas saja Indonesia tertinggal.